Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3

Selamat bertemu kembali dengan saya dan kali ini saya akan menuliskan tentang jurnal refleksi dwi mingguan saya pada modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Jurnal refleksi ini harus dituangkan kedalam jurnal refleksi setiap saya menyelesaikan materi setiap modul. dan jurnal refleksi ini merupakan tugas yang wajib harus dilakukan pada pendidikan guru penggerak oleh semua Calon Guru Penggerak.

Kegiatan dan pelajaran dalam modul 3.3 ini telah selesai saya ikuti maka saya akan menuliskan refleksi saya seperti biasanya. Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul 3.3 ini dalam artikel ini. Dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:

1. Fact (Peristiwa)

Kegiatan pada Modul 3.3 dimulai dari tanggal 15 Mei 2023 yaitu mempelajari materi mulai dari diri. Pada materi ini kami diarahkan untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar mereka di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid.

Kemudian pada tanggal 16 sampai dengan 19 Mei 2023 kami mempelajari materi Eksplorasi Konsep diantaranya Melalui diskusi secara asinkron, CGP dapat menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam sebuah contoh program/kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstrakurikuler sekolah dengan beberapa pertanyaan pemantik: 1). Apa hal yang paling penting untuk dipertimbangkan dalam menyusun program/kegiatan yang berdampak pada murid? 2). Seperti apakah gambaran program/kegiatan yang dapat mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid? 3). Lingkungan seperti apa yang menurut Bapak/Ibu dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid? 4). Apa yang dapat kita lakukan untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid? Siapa saja yang perlu dilibatkan? 5). Bagaimana keterlibatan komunitas dapat membantu menumbuh kembangkan kepemimpinan murid?

Kegiatan selanjutnya adalah Ekplorasi Konsep tentang Kepemimpinan Murid (Student Agency). Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara natural adalah seorang pengamat, penjelajah, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal.

Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri.

Namun, terkadang guru memperlakukan murid-murid seolah-olah mereka tidak mampu membuat keputusan, pilihan atau memberikan pendapat terkait dengan proses belajar mereka. Kadang-kadang kita bahkan tanpa sadar membiarkan murid-murid kita secara sengaja menjadi tidak berdaya (learned helplessness), dengan secara sepihak memutuskan semua yang harus murid pelajari dan bagaimana mereka mempelajarinya, tanpa melibatkan peran serta mereka dalam proses pengambilan keputusan tersebut.

Pada tanggal 23 Mei 2023, Pengajar Praktik saya yaitu ibu Nurlindayani, S.Pd berkunjung ke sekolah untuk melakukan Pendampingan Individu. Dalam proses pendampingan individu.

Pada tanggal 24 Mei 2023 masuk ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi ini kami di dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikan dan merancang sebuah program/kegiatan sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan murid yang dibimbing oleh Fasilitator yaitu Bapak Irvan, S.Pd dengan didampingi juga oleh Pengajar Praktik Ibu Nurlindayani, S.Pd. Kemudian pada sesi ruang kolaborasi selanjutnya, masing-masing kelompok di persilahkan untuk memaparkan program hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.






Pada tanggal 24 sampai dengan 25 Mei 2023 masuk ke Demonstrasi Kontekstual. Dalam demontrasi kontekstual kali ini kami diharapkan dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA.







Pada tanggal 26 Mei 2023 kami masuk pada materi elaborasi pemahaman lewat vcon bersama instruktur nasional yaitu Bapak Suwardi. Disini instruktur mengelaborasi pemahamannya melalui diskusi dan tanya jawab sehingga kami dapat mengelaborasi pemahamannya terkait dengan program atau kegiatan pembelajaran yang menumbuh kembangkan kepemimpinan murid. Kemudian membuat koneksi antar materi, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi sekarang serta membuat kesimpulan.






2. Feeling (Perasaan)

Pada awal sebelum mempelajari modul, masih merasa bingung dengan pengelolaan sumber daya yang berpihak pada murid. Namun, setelah mengikuti alur ekplorasi konsep, ditambah, alur ruang kolaborasi. Saya menjadi jelas bahwa pengelolaan sumber daya yang berpihak pada murid dilakukan dengan menjadikan murid sebagai student agency/kepemimpinan murid.

Selanjutnya saya merasa semakin tercerahkan, saat alur presentasi ruang kolaborasi, semakin paham bahwa agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.

Modul ini menampilkan beberapa situasi yang memberikan inspirasi bagi saya mengenai kegiatan yang mengandung kepemimpinan murid. Gambaran situasi ini memberikan inspirasi bagi saya untuk menciptakan kepemimpinan murid dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler. Karakteristik lingkungan yang dapat menumbuh kembangkan kepemimpinan murid.


3. Findings (Pembelajaran)

Dalam Modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berpihak pada Murid saya peroleh antara lain:

Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.

Peran kita adalah: 1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. 2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka. Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan “agency”.

Agency berasal dari bahasa inggris yang diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan yang dibuatnya. Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

Saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.


4. Future (Penerapan)

Dari Modul 3.3 tentang Pengelolaan Program yang Berpihak pada Murid yang saya pelajari, saya akan memiliki caara pandang saya terhadap agency atau kepemimpinan murid. Agency bisa ditumbuhkan melalui kegiatan sederhana yang memberikan keleluasaan bagi murid untuk memberikan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership).

Selanjutnya perlu menciptakan lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Menjalin kolaborasi dengan banyak pihak untuk membangun lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Menggali impian dengan menggunakan BAGJA untuk membuat program yang berdampak pada murid. Buat pertanyaan kritis yang bisa menggali impian untuk membuat program yang dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Tantangan selanjutnya adalah membangun kolaborasi dengan banyak pihak. Membangun relasi membutuhkan usaha yang cukup besar untuk meyakinkan orang lain mengenai program yang telah direncanakan.

Tidak semua orang memiliki pendapat yang sama mengenai pembelajaran atau pun program yang berpihak pada murid. Perlu memberikan pemahaman mengenai kepemimpinan murid, lingkungan positif yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid untuk menyamakan persepsi. Sumber-sumber dukungan yang saya miliki untuk membantu saya menyusun program yang berdampak pada murid. Sumber yang dimiliki untuk menyusun program yang berdampak pada murid yaitu tujuh modal utama sumber daya yang dimiliki sekolah. Ketujuh modal utama tersebut bisa digunakan secara maksimal untuk mendukung kegiatan yang bermanfaat bagi sekolah.

Sekian uraian yang dapat saya sampaikan dalam Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3 Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Provinsi Aceh.


www.pakiqin.com/ search/label/CGP-7
Alamat Portofolio Digital

Ahmad Sodiqin, S.ST
Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Nurlindayani, S.Pd
Pengajar Praktik

IRVAN, S.Pd
Fasilitator

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel