Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3

Selamat bertemu kembali dengan saya dan kali ini saya akan menuliskan tentang jurnal refleksi dwi mingguan saya pada modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Jurnal refleksi ini harus dituangkan kedalam jurnal refleksi setiap saya menyelesaikan materi setiap modul. dan jurnal refleksi ini merupakan tugas yang wajib harus dilakukan pada pendidikan guru penggerak oleh semua Calon Guru Penggerak.

Kegiatan dan pelajaran dalam modul 2.3 ini telah selesai saya ikuti maka saya akan menuliskan refleksi saya seperti biasanya. Saya akan menuliskan semua pengalaman saya dan semua yang saya rasakan selama mempelajari modul 2.3 ini dalam artikel ini. Dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:

1. Fact (Peristiwa)

Kegiatan pada Modul 2.3 dimulai dari tanggal 9 Maret 2023 yaitu mempelajari materi mulai dari diri. Pada materi ini saya mempelajari materi dan membuat pertanyaan maupun pernyataan tentang kasus atau persoalan yang diberikan dalam LMS.

Pada tanggal 9 Maret 2023, Pengajar Praktik saya yaitu ibu Nurlindayani, S.Pd berkunjung ke sekolah untuk melakukan Pendampingan Individu. Dalam proses pendampingan individu, beliau melakukan coaching dan supervisi pembelajaran KSE dan diferensiasi yang saya melakukan. Setelah proses supervisi di kelas, dilanjutkan proses coaching yang dilakukan di Selanjutnya kepala sekolah, rekan guru dan beberapa murid melakukan refleksi dari apa aksi nyata dan prakarsa perubahan yang saya usulkan.


Kemudian pada tanggal 10 Maret 2023 saya mempelajari materi Eksplorasi Konsep yang terdiri dari Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching serta Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.

Pada hari sabtu, tanggal 11 Maret 2023, kami mengikuti Lokakarya 3 yang bertempat di Syamtalita Bayu Kabupaten Aceh Utara. Dalam Lokakarya 3, di dampingin oleh Pengajar Praktik, kami membahas serta mempresentasikan hasil dari aksi nyata modul 2.2 yaitu tentang Kompetensi Sosial Emosional.





Pada tanggal 17 Maret 2023 masuk ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi ini kami di dibagi dalam kelompok untuk praktik teknik coaching yang dibimbing oleh Fasilitator yaitu Bapak Irvan, S.Pd dengan didampingi juga oleh Pengajar Praktik Ibu Nurlindayani, S.Pd. Dalam pertemuan di ruang kolaborasi kami diberi kesempatan untuk saling belajar teknik choacing dengan sesama CGP dalam kelompok masing-masing.




Pada tanggal 20 Maret 2023 masuk ke Demonstrasi Kontekstual. saya pada kegiatan ini diminta mempraktikkan teknik coaching dengan sesama rekan CGP yang kemudian direkam dan di unggah ke LMS.




Pada tanggal 23 Maret 2023 saya masuk pada materi elaborasi pemahaman lewat vcon bersama instruktur nasional yaitu ibu dr. Ana Lisdiana, M.Pd. Disini instruktur memberikan penguatan tentang modul 2.3 tentang Coaching untuk supervisi akademik. Kemudian saya diminta untuk membuat koneksi antar materi, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi sekarang serta membuat kesimpulan.

2. Feeling (Perasaan)

Setelah mempelajari modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya semakin memahami bagaimana teknik dalam melakukan Coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, atau dengan warga sekolah lainnya.

Mulai dari awal pembelajaran materi tentang Coaching untuk supervisi akademik ini, sampai pada kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat, khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana membangun komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir Among dan keterampilan Coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat.

Dalam kegiatan Coaching, coach dan coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran, yang bisa dijadikan sebagai refleksi diri dan melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah dan yang akan dilakukan, baik dalam proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan lainnya.

3. Findings (Pembelajaran)

Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Dalam pembelajaran ini saya menjadi paham dan semakin tercerahkan, tentang bagaimana konsep Coaching dan perbedaan konsep antara coach dengan mentor, fasilitator, dan konselor. Salah satu teknik percakapan coaching yaitu menggunakan alur TIRTA yakni akronim dari Tujuan Utama/T, Identifikasi Masalah/I, Rencana Aksi/R, Tanggung Jawab/TA.

Kegiatan Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan pembenahan dalam membantu rekan sejawat, dan khususnya membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Masalah-masalah di sekolah terkait dengan pengembangan diri dalam rangka mewujudkan murid yang memiliki kematangan diri, dan menjadi pribadi yang siap, dan mampu mengelola dirinya sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai masalah yang ada.

Coaching dalam konteks pendidikan memiliki peran: (1) Coaching sebagai salah satu proses untuk menuntun belajar murid mencapai kekuatan kodratnya, (2) Coach memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat terpancar melalui dirinya, (3) Coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kenyamanan bagi coachee melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan murid.

4. Future (Penerapan)

Secara keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik ini, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kompetensi diri.

Untuk itu saya telah merancang tindakan aksi nyata penerapan praktik Coaching yang didasari oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di lingkungan sekolah. Harapan saya dengan penerapan praktik Coaching di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat dan warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan dapat membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya.

Dengan praktik Coaching juga membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, serta menuntun murid untuk memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah.

Sekian uraian yang dapat saya sampaikan dalam Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Provinsi Aceh.
www.pakiqin.com/ search/label/CGP-7
Alamat Portofolio Digital

Ahmad Sodiqin, S.ST
Calon Guru Penggerak Angkatan 7

Nurlindayani, S.Pd
Pengajar Praktik

IRVAN, S.Pd
Fasilitator

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel