Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Konsep Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yakni Ing Ngarso sung Tulodho (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi) dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan) harus dimiliki oleh setiap tenaga pendidik guna menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti, cerdas, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi di era teknologi informasi ini. Dengan demikian, trilogi pendidikan tersebut hingga sekarang ini masih relevan dengan pendidikan di Indonesia.
1.
Refleksi Kritis
Pendidikan dan
pengajaran pada dasarnya adalah suatu hal yang berbeda, tetapi kedua hal
tersebut juga tidak dapat terpisahkan satu sama lain, hal ini dikarenakan
pengajaran merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri.
Menurut Ki
Hadjar Dewantara (KHD) "Pengajaran (onderwijs) adalah
bagian dari Pendidikan". Pengajaran adalah sebuah proses pendidikan yang
memberikan ilmu kepada anak untuk kecakapan hidupnya secara lahir dan batin.
Sedangkan Pendidikan (opvoeding) itu sendiri adalah sebuah
proses memberikan tuntunan terhadap segala kemampuan yang dimiliki oleh anak
tersebut agar mampu mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya sebagai seorang manusia maupun sebagai seorang anggota
masyarakat.
Selanjutnya
menurut KHD, Peran seorang pendidik diibaratkan seorang Petani ataupun tukang
kebun yang memiliki tugas untuk menjaga dan merawat tanaman- tanamannya agar
tumbuh dan berkembang hingga berbuah dengan baik, akan tetapi perlu diingat
bahwa setiap tumbuhan membutuhkan perlakukan perawatan yang berbeda-beda.
Sebagaimana
analogi diatas, kita yang sebagai seorang pendidik perlu menyadari dan
memperhatikan akan kebutuhan dan tata cara belajar bagi siswa yang berbeda-
beda (berorientasi pada anak). Seorang pendidik haruslah dapat memberikan kebebasan
kepada anak untuk menemukan ide, berfikir kreatif, meningkatkan bakat/ atensi
siswa (merdeka belajar) dengan tetap dalam bimbingan seorang pendidik sebagai
pemberi arah dan batasan dari hal-hal yang sekiranya melampaui batas dan dapat
membahayakan diri siswa tersebut.
KHD pula
menegaskan para pendidik untuk terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang
mana saat ini terjadi begitu cepat, dengan tetap selektif akan hal-hal yang
positif dan bermanfaat dalam Pendidikan serta tetap mengedepankan kearifan
lokal sebagaimana di Indonesia jika diamati, memiliki potensi- potensi kultural
yang bisa dijadikan selaku sumber belajar. Oleh sebab itu, isi dan irama yang
dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi
sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial
budaya yang ada di Indonesia. Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam
dapat menjadi kekuatan kodrat alam dan zaman dalam mendidik.
Bila melihat
dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk
memiliki Keterampilan Abad 21 sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka konteks
lokal sosial budaya murid di Indonesia Barat tentu memiliki karakteristik yang
berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
Pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara , budi pekerti atau karakter merupakan perpaduan
antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan
tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta
(kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
Lebih lanjut
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling
baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak.
Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk
melatih kecerdasan budi-pekerti. Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil
untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi
pendidikan lainnya.
2.
Harapan dan Ekspresi
Setelah
membaca dan mempelajari tentang Filosofis Pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara (KHD) ini, terjadi perubahan dari cara berpikir, sudut pandang dalam mengambil
keputusan dan bagaimana menghadapi suatu kondisi dan permasalahan, bagaimana
cara berkomunikasi yang baik antara pendidik dan siswa.
Kemudian
membuat para siswa dapat lebih terarah dalam belajar, berfikir, berkata dan
berbuat sehingga potensi yang dimiliki setiap murid akan lebih terasah dan
berkembang. Dengan potensi yang berkembang dengan baik, murid akan menjadi
pribadi yang mandiri, bahagia, dan siap hidup dalam dunia yang berubah.